Rabu, 17 Juni 2020

RPP TEMA 6 SUBTEMA 1 KLS 3 SD REVISI 2018

RPP TEMA 6 SUBTEMA 1 "ENERGI DAN PENGGUNAANNYA"


Halo, rekan guru ku tersayang. Berikut saya coba membagikan perangkat KBM selain Silabus yaitu RPP Tema 6 Subtema 1 Revisi 2018.




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
TEMA 6 SUBTEMA 1 REVISI 2018

Untuk selengkapnya rekan guru bisa download RPP Tema 6 Revisi 2018 di bawah ini :
1. p1 kls 3 Tema 6 sub 1 (word) ⇒ DOWNLOAD 
2. p2 kls 3 Tema 6 sub 2 (word) ⇒ DOWNLOAD 
3. p3 kls 3 Tema 6 sub 3 (word) ⇒ DOWNLOAD 
4. p4 kls 3 Tema 6 sub 4 (word) ⇒ DOWNLOAD
5. p5 kls 3 Tema 6 sub 5 (word) ⇒ DOWNLOAD 
6. p6 kls 3 Tema 6 sub 6 (word) ⇒ DOWNLOAD 


Soal Latihan Sumber Energi Tema 6 kls. 3

Silahkan kalian mengerjakan soal latihan Tema 6 kls. 3 "Sumber Energi dan Penggunaannya" selamat mengerjakan !

Selasa, 16 Juni 2020

Dongeng Negeriku

ASAL USUL KOTA SURABAYA


Dahulu, dilautan luas sering terjadi perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya Baya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas,sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. akhirnya mereka mengadakan .kesepakatan warga di ucap kan terimakasih assalamu alaikum wrwb
"Aku bosan terus-menerus berkelahi, Baya," kata Sura.
"Aku juga, Sura.Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?" tanya Baya
Sura sudah punya rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Baya segera menerangkan.
"Untuk mencegah perkelahian di antara kita,sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air,sedangkan kamu barkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya,yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!" Kata Sura.
"Baik aku setujui gagasanmu itu!" kata Baya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada lagi perkelahian antara Sura dan Baya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Baya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Baya memergoki perbuatan Sura ini.Tentu saja Baya sangat marah melihat Sura melanggar janjinya.
"Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?" tanya Baya.
Sura yang merasa tak bersalah tenang-tenang saja.
"Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.Bukankah aku sudah bilang, bahwa aku adalah penguasa di air?
Nah, sungai ini 'kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku, " Kata Sura.
"Apa? Sungai itu 'kan tempatnya di darat, sedang daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah darerah kekuasaanku!" Baya ngotot.
"Tidak bisa. Aku 'kan tidak pernah bilang kalau di air itu hanya air laut, tetapi juga air sungai" jawab Sura?
"Kau sengaja mencari gara-gara,Sura?"
"Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!" kata Sura.
"Kau sengaja mengakaliku.Aku tidak sebodoh yang kau kira!" kata Baya mulai marah.
"Aku tidak perduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!" Sura tak mau kalah.
Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya baya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang tersebut. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Baya mendapat gigitan Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok kekiri. Sementara Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus, lalu Sura kembali ke lautan. Baya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara ikan Hiu yang bernama Sura dan Buaya bernama baya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu,nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peritiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Surabaya yaitu gambar "ikan hiu sura dan buaya baya".
Namun ada juga sebahagian berpendapat, asal usul Surabaya baerasal dari kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat. Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti "selamat menghadapi bahaya". Bahaya yang dimaksud adalah serangan tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa. Seharusnya yang dihukum adalah Kartanegara, karena Kartanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar itu. Setelah mengalahkan Jayakatwang, orang Tar-tar itu merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti itu. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus baergolak. Tanggal 10 November 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.
Di zaman sekarang, setelah ratusan tahun dari cerita asal usul Surabaya tersebut, ternyata pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Pada musim kemarau kadangkala tempat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.

Sosial dan Budaya Negeriku

RITUAL TIWAH


Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk Liau Uluh Matei ialah upacara kematian yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Upacara Tiwah sendiri merupakan upacara sakral terbesar dalam Suku Dayak. Hal ini dikarenakan upacara Tiwah melibatkan sumber daya yang banyak dan waktu yang cukup lama. Upacara ini dilakukan bertujuan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.[1] Pada tahun 2014, upacara Tiwah telah dimasukan ke dalam penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bagi masyarakat Dayak Ngaju yang umumnya memeluk kepercayaan lokal yakni Kaharingan, kematian merupakan hal akhir yang dijalani manusia. Bagi mereka, kematian hanyalah awal untuk mencapai dunia kekal abadi yang menjadi tempat asal manusia. Dunia kekal abadi tersebut adalah dunia roh tempat manusia mencapai titik kesempurnaanya. Dalam mitos suku Dayak Ngaju, awalnya manusia tidak mengenal kematian. Hal tersebut dikarenakan kehidupan duniawi adalah sesuatu yang kekal. Namun, suatu ketika manusia berbuat kesalahan dan akhirnya kekekalan hidup duniawinya dicabut oleh dewata. Manusia yang meninggal akan melanjutkan perjalanannya ke dunia para arwah. Manusia yang telah berganti wujud menjadi arwah ini disebut dengan Lio/Liau/Liaw. Liau oleh masyarakat Dayak Ngaju wajib diantar ke dunia arwah yakni alam tertinggi yang disebut Lewu Liaw atau Lewu Tatau. Proses pengantaran ini melalui serangkaian upacara kematian, yakni upacara Tiwah. Liaw sendiri menurut masyarakat Dayak Ngaju terbagi atas tiga jenis yakni:
  1. Salumpuk liaw haring kaharingan, yakni roh rohani dan jasmani,
  2. Salumpuk liaw balawang panjang, yakni roh tubuh/badan,
  3. Salumpuk liaw karahang tulang, yaitu roh tulang belulang.[3]
Penyelenggaran upacara Tiwah bagi masyarakat Dayak Ngaju dianggap sesuatu yang wajib secara moral dan sosial. Pihak keluarga yang ditinggalkan merasa memilki kewajiban untuk mengantar arwah sanak saudara yang meninggal ke dunia roh. Selain itu, dalam kepercayaan Dayak Ngaju, arwah orang yang belum diantar melalui upacara Tiwah akan selalu berada di sekitar lingkungan manusia yang masih hidup. Keberadaan mereka dianggap membawa gangguan berupa munculnya peristiwa gagal panen, penyakit, dan bahaya-bahaya lainnya.

Tahapan Upacara Tiwah

Secara garis besar, upacara kematian dalam kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju dapat dibagi menjadi dua yakni pertama, upacara-upacara yang dilakukan setelah kematian seseorang hingga saat penguburan sementara dan kedua, upacara Tiwah itu sendiri. Kedua upacara tersebut biasanya memiliki jeda. Umumnya jeda ini berlangsung selama satu tahun hingga beberapa tahun. Jeda ini diakibatkan permasalahan biaya upacara Tiwah yang mahal sehingga pihak keluarga menunda pelaksanaannya untuk mengumpulkan dana terlebih dahulu.[3]
Dalam masa jeda atau masa antara upacara kematian setelah meninggal dan penguburan pertama dengan berlangsungnya upacara Tiwah, diadakan sejumlah upacara yang bertujuan memberi makan dan sesaji kepada arwah. Adapun upacara-upacara tersebut adalah[3]
  1. Meniti
  2. Mahanjur
  3. Minih
  4. Manampa raung
  5. Manatun
  6. Memalas
  7. Tantulak matey

Pra Upacara Tiwah

Upacara selanjutnya pasca penguburan sementara adalah upacara Tiwah itu sendiri. Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulan tulang belulang orang yang sudah meninggal. Bagi kelompok masyakarat yang membutuh waktu beberapa tahun untuk melangsungkan upacara Tiwah, jenazah yang sudah habis jasadnya, tinggal diambil saja tulang-tulangnya. Sedangkan bagi keluarga kaya yang melangsungkan upacara Tiwah segera setelah anggota keluarganya meninggal, proses pengambilan tulang sedikit berbeda. Jenazah yang masih memiliki jasad utuh harus dipisahkan dulu tulang belulangnya. Cara memisahkannya adalah dengan mengoyak-ngoyak jasad tersebut hingga daging dan tulang dapat terpisah.[3]
Setelah prosesi di atas, dana untuk melangsungkan upacara Tiwah yang telah terkumpul atau disebut dengan laloh, diberikan kepada pimpinan penyelenggara atau bakas Tiwah. Pimpinan penyelanggara ini bertugas untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan upacara Tiwah. Bakas Tiwah nantinya akan dibantu oleh peserta lain yang disebut anak-anak Tiwah.[3]

Salah satu bentuk Sandung.
Adapun tahapan persiapan awal dari upacara Tiwah adalah[3]
  1. Memilih dan menentukan orang yang akan menjadi pemimpin upacara. Para pemimpin ini biasanya terdiri dari tujuh atau sembilan orang. Salah satu dari mereka akan bertindah sebagai pemimpin utama atau upo. Sisanya akan menjadi anggota yang disebut dengan basir. Tugas orang-orang ini adalah mengantarkan arwah (Liaw) ke dunia akhirat (Lewu Tetu).
  2. Mempersiapkan peralatan upacara yakni:
    • Balay Tiwah atau Balai Nyahu merupakan rumah kecil yang memiliki ukuran sekitar 9 x 12 meter. Tempat ini terbuat dibangun dari bahan-bahan yang terbuat dari kayu-kayu yang masih utuh (bulat). Digunakan untuk menyimpan gong.
    • Sangkaraya merupakan sejumlah batang bambu yang tersusun rapi dengan ukurang 2-4 meter. Biasanya dijadikan tempat tarian dalam pelaksanaan upacara.[9] Sankaraya didirikan di depan balay Tiwah dan setelah upacara Tiwah selesai akan dipindah ke dekat sandung.
    • Sandong/Sandung merupakan tempat penyimpanan tulang-tulang manusia setelah upacara Tiwah berakhir. Biasanya terbuat dari kayu besi (ulin) yang dapat bertahan hingga 100 tahun. Pada dinding Sandong terdapat ukiran dengan motif tertentu. Sandong memiliki ukuran lebar sekitar 0,5 - 1,5 meter dan tinggi sekitar 0,5 meter.
    • Sapundu merupakan tiang kayu yang dipahat hingga berbentuk patung manusia atau sejenis hewan tertentu seperti kera. Tiang ini memilki tinggi sekitar 1,5 - 3 meter dengan diameter antara 15 – 25 cm. Sapundu berfungsi sebagai tiang untuk mengikat hewan yang akan dikurbankan yakni kerbau. Jumlahnya tergantung jumlah hewan yang dikurbankan.
    • Pantar merupakan tiang yang terbuat dari kayu besi. Tiang ini memiliki tinggi 10 meter dengan diamter sekitar 20- 30 meter. Pada bagian bawah Pantar terdapat ukiran dengan motif tertentu. Sedangkan pada bagian atas terdapat pahatan berbentuk burung enggang (tingang). Di bagian atas juga biasanya akan ditusukkan sebuah belanga/guci atau sebuah gong. Tiang ini dibuat tidak jauh dari sandung yang menandakan selesainya upacara Tiwah.
    • Bara-bara atau hantar bajang yakni sejenis pagar yang terbuat dari bambu dihiasi sejumlah bendera yang mewakili arwah yang akan melaksanakan upacara Tiwah.[9] Bara-bara merupakan pintu gerbang yang letaknya di tepi sungai. Hal ini dikarenakan rumah masyarakat Dayak Ngaju umumnya terletak di tepi sungai. Tiang-tiang yang menjadi pagar tersebut saling terhubung dengan daun-daunan yang disebut dengan daun biru.
    • Pasah pali merupakan rumah-rumahan yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian. Pasah pali memiliki bentuk persegi empat dengan ukuran sekitar 1 x 1 meter. Selain itu, pasah pali dilengkapi dengan beberapa tiang dengan tinggi rata-rata dua meter.
    • Garantung (gong) dan kakandin (kain merah). Gong dalam upacara Twiah tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, juga sebagai tempat membawa tulang-tulang. Sedangkan kain merah digunakan sebagai pembungkus tulang belulang sebelum dimasukkan ke dalam sandung.
    • Pemahay merupakan wadah yang digunakan untuk membakar jenazah.
    • Hewan kurban yang biasa disediakan dalam upacara Tiwah adalah ayam, babi, dan kerbau.


SILABUS TEMATIK 6 REVISI 2018 KLS. 3 SD/MI

Semangat pagi rekanku sekalian, hari ini saya akan memposting salah satu perangkat KBM yang wajib di miliki oleh rekan Guru sekalian. Berikut Silabus Tema 6 Kurikulum 2013 Revisi 2018 kelas 3 Semester Genap mungkin bermanfaat untuk rekan guru sekalian.






Silabus Tematik 6 Kurikulum 2013 Revisi 2018 Kelas 3 SD/MI Semester Genap

Download Silabus Tematik 6 Kurikulum 2013 Revisi 2018 kls. 3 SD/MI (Word) ⟹ Download disini

Kamis, 11 Juni 2020

Sumber Energi



Haiii..... 
Sudah siap masuk kelas pintar hari ini?? 
Hari ini kita akan mengamati Sumber Energi Bumi. 
Coba kita simak video di bawah ini yaa.......


Dari video di atas lihat videonya di sini

Sumber Energi yang ada di bumi dan yang dapat dimanfaatkan manusia ada 4 macam :
  1. Sumber Energi Panas dan Cahaya yaitu Matahari,
  2. Sumber Energi Air,
  3. Sumber Energi Tubuh yaitu makanan yang berasal dari Tumbuhan dan Hewan,
  4. Sumber Energi Udara,
Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan (usaha). Makhluk hidup memperoleh energi melalui makanan yang ia makan, seperti manusia memperoleh energi untuk beraktivitas setiap hari melalui makanannya yaitu yang berasal dari Tumbuhan dan Hewan. Jadi tumbuhan dan hewan merupakan Sumber Energi Tubuh bagi manusia.